Minggu, 12 Desember 2010

Akuntansi Manajemen Mengenai BEP


Break Even Point
Break even atau titik impas sampai saat ini belum bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara pasti. Hal ini dikarenakan belum adanya kesepakatan tentang pengertian break even oleh pakar. Masih adanya perbedaan-perbedaan tentang pengertian break even ini.
Berikut ini beberapa definisi break even menurut pakar-pakar ekonomi dalam literaturnya.
1.      Menurut L.M Samryn (2001:168) dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Manajerial” Analisis break even adalah:
“ Titik Impas adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagi titik dimana total margin kontribusi sama dengan total biaya tetap”.
2.      Menurut Charles T. Horngren, Srikant M Datar, dan Gorge Foster (2003:75) mendefinisikan break even dalam buku terjemahan “Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial” sebagai berikut:
“ Titik impas (break even point) adalah volume penjualan dimana pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi bersih”.
3.      Menurut Hansen dan Mowen (2005:274) dalam buku terjemahan “Management Accounting” break even point adalah:
“ Break even point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol”.
Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa analisis break even point adalah suatu cara atau alat atau tekhnik yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi.
Dengan mengetahui titik impasnya (Break Even Point), manajer suatu perusahaan dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyaratkan agar terhindar dari kerugian, dan diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk masa yang akan datang. Dengan mengetahui titik impas ini, manajer juga dapat mengetahui sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan yang dipimpinnya.
Tujuan Analisis Titik Impas / BEP
Penggunaan analisis BEP memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. mendesain spesifikasi produk
2. menentukan harga jual persatuan
3. menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian
4. memaksimalkan jumlah produksi
5. merencanakan laba yang diinginkan
Manfaat Break Even Point
1.   alat perencanaan untuk hasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
          3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banyak bagi pemimpin perusahaan, analisis BEP juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu :
1. perlu asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan
2. bersifat statis, artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu periode tertentu.
3. tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir, analisis BEP hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan.
4. tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik, artinya jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-hal lainnya dianggap sama.
5. kurang memperhatikan resiko-resiko yang terjadi selama masa penjualan, misalnya kenaikan harga bahan baku.
 
. Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan analisis BEP adalah karena banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini memang harus dilakukan jika kita mau analisis ini dapat dilakukan secara tepat. Kemudian dengan asumsi-asumsi ini, analisis BEP dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya saja asumsi-asumsi yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggungjawabannya sering diambangkan. Oleh karena itu para manager menganggap bahwa asumsi ini harus tetap dilakukan dan ini merupakan salah satu keterbatasan analisis BEP bila kita mau menggunakannya.
Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah sebagai berikut :
1. Biaya
Ø  dalam analisis BEP, hanya digunakan dua macam biaya, yaitu fixed cost dan variable cost.Oleh karena itu, kita harus memisahkan dulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Artinya mengelempokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variabel disisi lain. Dalam hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada biaya yang tergolong semi variabel dan tetap. Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut :
a. pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut.
b. Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya tetap dan variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.
2. Biaya tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya kita menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya.


3. Biaya variabel (Variable Cost)

Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupun diberikan perusahaan . contoh biaya variabel biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan biaya variabel lainnya.

4. Harga Jual
Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu macam harga jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi.

5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual
 Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu periode dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang berhubungan langsung dengan produk maupun tidak.
Analisis break even adalah analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat keseimbangan antara biaya, volume dan penjualan agar perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi. Alat analisis yang dapat digunakan dalam mencari tingkat break even adalah:
1. Mathematical Aprroach
a. Perhitungan break even atas dasar unit dapat dilakukan dengan menghitung rumus:
BEP (Q) =     FC
                                           P –V

Dimana:
BEP (Q) = Break even point atas dasar unit
FC = Biaya Tetap
P = Harga jual per unit
V = Biaya variabel per unit
            Contoh :
Sebuah perusahaan berproduksi dengan biaya tetap Rp 600.000,00 biaya variabel per unit Rp 80,00 harga jual per unit Rp 160,00 kapasitas produksi maksimal 16.000 unit.               
            Pemecahan :
            BEP (dalam unit ) =    Rp 600.000     = 7.500 Unit
                    Rp 160 - Rp 80
b. Perhitungan brek even atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
BEP (Rp) =      FC
1-VC
            S
Dimana:
BEP (Rp) = Break even point atas dasar rupiah
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya variabel per unit
S = volume penjualan
Contoh:
Perhitungan sales dari soal tersebut adalah :
BEP (dalam rupiah) =          Rp 600.000
                                     1 -   Rp 80 x Rp 1600
                                           Rp 160 x Rp 1600
                                 =       Rp 600.000           = Rp. 1.200.000,00
                                             1 – 0,5

2. Graphical Approach
Secara grafik titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost.
Graphical approach ini didasarkan pada pendekatan linier.
Dimana:
            TC   = FC + VC
            TR   = P . Q
            BEP = 0 = TR – TC
Keterangan :
TC = Total Cost
FC = Fixed Cost
VC = Variable Cost
TR = Total Revenue
P = Harga
Q = Kuantitas
BEP = Break Even Point


6 komentar: